TITIKNEWS.COM – Perekonomian global saat ini dihadapkan pada berbagai masalah serius, seperti konflik di Eropa, krisis di Timur Tengah, dan tantangan perubahan iklim yang terus meningkat. Akibatnya, pertumbuhan ekonomi terhambat.
Namun, di tengah semua ini, sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dianggap sebagai yang paling tangguh menghadapi situasi sulit ini. UMKM tidak hanya bertahan, tetapi juga memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi nasional di tengah krisis yang belum jelas kapan akan berakhir.
Meskipun sektor ini mengalami goncangan, dengan penurunan omset, gangguan pasokan bahan, ancaman modal terbatas, namun jumlah pelaku usaha di sektor ini tetap tinggi, mencapai 60 juta.
Pemerintah menyadari tantangan ini dan sebagai penopang ekonomi nasional, terus berupaya memberikan berbagai insentif agar sektor UMKM dapat bertahan. Salah satu langkah penting adalah memastikan keamanan produk pangan UMKM.
Produk pangan UMKM semakin mendapat tempat di pasar global. Contohnya, produk sambal dari Ibu Rudi menjadi favorit di antara diaspora Indonesia pada pameran internasional. Selain itu, kekayaan Indonesia dalam buah-buahan dihasilkan menjadi camilan ringan, seperti kripik apel dan kripik nangka.
Dua lembaga pemerintah, Kementerian Perdagangan dan Kementerian Koperasi dan UMKM, berkolaborasi untuk memastikan keamanan produk pangan UMKM agar dapat diterima di pasar global.
Wakil Menteri Perdagangan, Jerry Sambuaga, mengungkapkan bahwa Kementerian Perdagangan telah meluncurkan program pendampingan keamanan pangan untuk UMKM. Salah satu inisiatif utamanya adalah memberikan sertifikasi Analisis Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis (HACCP).
“Sebanyak 12 UMKM sektor pangan ekspor akan mendapatkan pendampingan dan sertifikasi HACCP tahun ini,” kata Jerry pada Sabtu (10/2/2024).
Jerry menekankan bahwa sertifikasi HACCP diperlukan untuk meningkatkan kualitas dan keamanan produk pangan ekspor. HACCP adalah sistem yang bertujuan memastikan keselamatan konsumen saat mengonsumsi makanan, dengan meminimalkan risiko kesehatan yang terkait dengan konsumsi makanan.
“Kualitas, keamanan, dan keberlanjutan produk adalah kunci daya saing produk di pasar global. Perluasan pasar ke pasar nontradisional juga penting untuk kesuksesan pengembangan ekspor,” jelas Jerry.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia mencatatkan surplus perdagangan sebesar USD36,93 miliar pada 2023. Keamanan pangan dianggap sangat penting untuk memasuki dan mendapatkan akses pasar internasional, yang pada gilirannya menciptakan reputasi baik bagi produk dan perusahaan dalam jangka panjang.
Direktur Pengembangan Ekspor Produk Primer Kemendag, Miftah Farid, menyatakan bahwa regulasi keamanan pangan menjadi fokus penting di pasar global. Pemerintah berupaya membuka akses pasar melalui kerja sama perundingan perdagangan internasional, memberikan peluang lebih luas bagi pelaku usaha dalam mengembangkan produk ke pasar internasional.
Dengan fokus pada keamanan produk pangan UMKM melalui program sertifikasi HACCP, Indonesia bertujuan memberikan daya saing yang lebih besar bagi produk lokal di pasar global.
***